Minggu, 20 Oktober 2013

Asal Usul Bahasa

Bahasa manusia –pada hakekatnya tidak lebih baik daripada kokok ayam serta bunyi-bunyi lain daripada alam liar, -malahan kalah lengkap. –Hawthorne

Para sarjana linguistik setuju masalah asal-usl bicara masih belum terpecahkan. Bahkan muncul beberapa teori antaranya bersifat tradisionil dan mistis. Seperti dongeng-dongeng kelompok primitif mengatakan bahasa adalah hadiah dari dewa-dewa. Bahkan, hingga abad keketujuhbelas seorang sarjana filologi swedia dengan sungguh-sungguh mengatakan bahwa di syurga Tuhan berbicara dengan menggunakan bahasa swedia, Adam dengan bahasa Denmark, Ular/iblis berbicara dengan bahsa perancis.

Kongres linguistik Turki 1934 menyatakan bahwa bahasa Turki merupakan asal semua bahasa. Teori quasi-ilmiah oleh Darwin memilki pendapat yang berbeda pula. Teori ini menyatakan bahwa bicara pada awalnya adalah pantomim-mulut. Dimana alat-alat suara berusaha mengikuti isyarat-isyarat tangan.
Teori “bow- bow” berkata bahwa bahasa timbul dari suara alam, contohnya. Suara anjing yang terdengar seperti “bow-bow” bagi telinga manusia. Sehingga menyebut anjing dengan sebuta “bow- bow”
Teori “yo he ho” mengatakan bahwa bahasa timbul dengan deram manusia yang melakukan gerakan jasmani.. teori ini didampingi dengan teori “seng- song” yang mengatakan bahwa bahasa timbul dari nyanyian-nyanyian primitif yang belum berbentuk.

Sekurang-kurangnya telah tercatat percobaan tiga kali mengasingkan bayi sebelum mereka bisa berbicara. Hal ini dilakukan untuk mencari tahu apakah mereka mampu mengembangkan bahasa mereka sendiri. Percobaan pertama dilakukan oleh raja Mesir bernama Psammetichos, kedua oleh Frederico II dari Sisilia sekita tahun 1200, yang ketiga oleh raja James IV dari Skotlandia disekitar tahun 1500. Percobaan itu tidak menghasilkan apapun karena tidak diawasi secara ilmiah.

Seruan- seruan hewan, entah disebut sebagai “bahasa” atau tidak, karena ditunjukkan dengan variasi dan kesatuan nada, seperti anjik menyalak, kucing mengeong, singa mengaum, keledai meraung, kambing mengembik. Komedian Yunani kuno mengatakan suara mengembek kambing dengan “beh”. Tetapi, Yunani modern telah merubahnya menjadi “vee”.


Bahasa sedikit banyaknya akan mengalami banyak perubahan dalam perjalanan waktu. Ada terdapat dua teori pokok mengenai percabangan sesuatu bahasa asal menjadi bahasa atau dialek yang terpisah-pisah. Teori pertama adalah teori “batang pohon” yang menggambarkan bahasa induk sebagai batang pohon,  sedangkan bahasa baru sebagai cabang-cabangnya. Teori kedua  teori “gelombang” yang berpendapat bahwa bahsa dan dialek-dialek baru timbul dan tersebar laksana gelembur bilamana kita melempar batu kedalam air. Perubahan bunyi bahasa banyak dipercayai melalui dua cara, pertama dapat timbul secara berangsur-angsur, yang kedua perubahan terjadi secara sekonyong-konyongnya akibat pembaharuan yang dilakukan oleh seseorang pembicarabyang gengsi dalam bercanda dan kerena itu di tiru secara luas.

Banyak bahasa kuno yang telah lenyap dan hanya meninggalkan bekas- bekas yang sedikit dan jarang. Diantaranya terdapat bahasa- bahasa Etruska, Kreta, Iberia,  Gallia, Indian America Utara. Satu- satunya bahasa yang kita temui dari bahsa mati adalah manuskrip pada mata uang, batu nisaan, atau nama- nama orang, sungai, dan gunung. Seperti gunung “Manhattan” dari bahsa Indian Delaware dan “Adirondack” dari bahasa Irequois.

Referensi
Kisah Dari Pada Bahasa, Mario Pei.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar