Bahasa manusia –pada
hakekatnya tidak lebih baik daripada kokok ayam serta bunyi-bunyi lain
daripada alam liar, -malahan kalah lengkap. –Hawthorne
Para sarjana linguistik setuju
masalah asal-usl bicara masih belum terpecahkan. Bahkan muncul beberapa
teori antaranya bersifat tradisionil dan mistis. Seperti dongeng-dongeng
kelompok primitif mengatakan bahasa adalah hadiah dari dewa-dewa.
Bahkan, hingga abad keketujuhbelas seorang sarjana filologi swedia
dengan sungguh-sungguh mengatakan bahwa di syurga Tuhan berbicara dengan
menggunakan bahasa swedia, Adam dengan bahasa Denmark, Ular/iblis
berbicara dengan bahsa perancis.
Kongres linguistik Turki 1934
menyatakan bahwa bahasa Turki merupakan asal semua bahasa. Teori
quasi-ilmiah oleh Darwin memilki pendapat yang berbeda pula. Teori ini
menyatakan bahwa bicara pada awalnya adalah pantomim-mulut. Dimana
alat-alat suara berusaha mengikuti isyarat-isyarat tangan.
Teori “bow- bow” berkata bahwa
bahasa timbul dari suara alam, contohnya. Suara anjing yang terdengar
seperti “bow-bow” bagi telinga manusia. Sehingga menyebut anjing dengan
sebuta “bow- bow”
Teori “yo he ho” mengatakan
bahwa bahasa timbul dengan deram manusia yang melakukan gerakan
jasmani.. teori ini didampingi dengan teori “seng- song” yang mengatakan
bahwa bahasa timbul dari nyanyian-nyanyian primitif yang belum
berbentuk.
Sekurang-kurangnya telah
tercatat percobaan tiga kali mengasingkan bayi sebelum mereka bisa
berbicara. Hal ini dilakukan untuk mencari tahu apakah mereka mampu
mengembangkan bahasa mereka sendiri. Percobaan pertama dilakukan oleh
raja Mesir bernama Psammetichos, kedua oleh Frederico II dari Sisilia
sekita tahun 1200, yang ketiga oleh raja James IV dari Skotlandia
disekitar tahun 1500. Percobaan itu tidak menghasilkan apapun karena
tidak diawasi secara ilmiah.
Seruan- seruan hewan, entah
disebut sebagai “bahasa” atau tidak, karena ditunjukkan dengan variasi
dan kesatuan nada, seperti anjik menyalak, kucing mengeong, singa
mengaum, keledai meraung, kambing mengembik. Komedian Yunani kuno
mengatakan suara mengembek kambing dengan “beh”. Tetapi, Yunani modern
telah merubahnya menjadi “vee”.
Bahasa sedikit banyaknya akan
mengalami banyak perubahan dalam perjalanan waktu. Ada terdapat dua
teori pokok mengenai percabangan sesuatu bahasa asal menjadi bahasa atau
dialek yang terpisah-pisah. Teori pertama adalah teori “batang pohon”
yang menggambarkan bahasa induk sebagai batang pohon, sedangkan bahasa
baru sebagai cabang-cabangnya. Teori kedua teori “gelombang” yang
berpendapat bahwa bahsa dan dialek-dialek baru timbul dan tersebar
laksana gelembur bilamana kita melempar batu kedalam air. Perubahan
bunyi bahasa banyak dipercayai melalui dua cara, pertama dapat timbul
secara berangsur-angsur, yang kedua perubahan terjadi secara
sekonyong-konyongnya akibat pembaharuan yang dilakukan oleh seseorang
pembicarabyang gengsi dalam bercanda dan kerena itu di tiru secara luas.
Banyak bahasa kuno yang telah
lenyap dan hanya meninggalkan bekas- bekas yang sedikit dan jarang.
Diantaranya terdapat bahasa- bahasa Etruska, Kreta, Iberia, Gallia,
Indian America Utara. Satu- satunya bahasa yang kita temui dari bahsa
mati adalah manuskrip pada mata uang, batu nisaan, atau nama- nama
orang, sungai, dan gunung. Seperti gunung “Manhattan” dari bahsa Indian
Delaware dan “Adirondack” dari bahasa Irequois.
Referensi
Kisah Dari Pada Bahasa, Mario Pei.